Di awal tahun 2008 ini, Para provider layanan seluler tanah air berlomba-lomba menurunkan tarif. Perang tarif antar operator ini menyusul keputusan dari Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) yang meminta para pelaku industri telekomunikasi di Indonesia. Sebagai dampaknya jika sebuah operator seluler tidak ikut menurunkan tarifnya tentu akan ditinggalkan oleh pelanggannya. Mengingat perilaku "konsumen pulsa" di tanah air yang suka gonta-ganti maupun sekedar coba kartu HP, termasuk saya. hiks 3x.
Sebut saja misalnya mulai dari Simpati yang meluncurkan Simpati PeDe-nya dengan tarif flat Rp0,5 /dtk ke sesama nomor Telkomsel, yang langsung menikam XL yang pada tahun 2007 telah memulai tarif Rp1/dtk nya. Tidak mau terima XL langsung menurunkan tarifnya lagi menjadi Rp0,1 /dtk. Kemudian sekarang perang semakin ramai dengan provider Indosat yang menurunkan tarif IM3 nya menjadi flat Rp0,01 / dtk.
Tarif yang disebutkan di atas semuanya adalah tarif iklan yang digemborkan masing-masing operator. Tentu saja banyak peraturan dari pelaksanaan tarif itu sendiri yang biasanya selalu ditulis kecil-kecil agar tak terbaca konsumen, hiks 3X. In my opinion, cuma telkomsel yang agak jelas dan tidak rumit soal peraturan tarifnya. Ini penting lho demi hidup-mati pulsa kita, jangan sampai kita dikibuli.
Operator boleh perang, asalkan konsumen semakin diuntungkan. Jangan sampai hanya cuma karena berebut massa pelanggan, kualitas dari suara telepon menjadi down. Bahkan bukan rahasia lagi sering terjadi noise atau crosstalk sewaktu kita nelpon. Saya pernah make Simpati nelpon interlokal jam 7 malam, suara diujung telpon seperti hidup segan mati tak mau, kadang seperti suara orang nangis. Sepertinya dari segi kualitas XL berada di atas, karena suaranya yang jernih mungkin juga karena pelanggannya masih sedikit.
Perang tarif murah flat per detik ini, tampaknya belum begitu kentara pada jaringan CDMA, mungkin karena pelanggannya masih sedikit dan hanya ada pada kota-kota besar. Kalo melihat tarif sekarang, tarif nelpon GSM malah lebih murah daripada CDMA.
Namun yang masing disayangkan belum turunnya harga tarif untuk akses data/GPRS dari operator seluler. Bagi saya ataupun kamu yang sering ngenet atau chatting lewat kartu ponsel tersambung ke PC atau langsung di ponsel tentu penurunan tarif GPRS akan sangat ditunggu-tunggu. Soal ini tarif termurah masih dipegang oleh IM3 dengan tarif Rp1 /Kb atau Rp100/menit nya.
Menurut kabarnya juga, tarif internet di Indonesia sekarang tergolong mahal dibandingkan negara lainnya. Dengar-dengar juga, pemerintah akan segera menurunkan tarif bandwidth. semoga cepat saja, biar cepat-cepat langganan internet dirumah.
Note: Writer has been using GSM cards such as Simpati, As, XL bebas, Mentari. Now, IM3 as daily number phone. Writer also usually nyambangi website detikinet.com
Sebut saja misalnya mulai dari Simpati yang meluncurkan Simpati PeDe-nya dengan tarif flat Rp0,5 /dtk ke sesama nomor Telkomsel, yang langsung menikam XL yang pada tahun 2007 telah memulai tarif Rp1/dtk nya. Tidak mau terima XL langsung menurunkan tarifnya lagi menjadi Rp0,1 /dtk. Kemudian sekarang perang semakin ramai dengan provider Indosat yang menurunkan tarif IM3 nya menjadi flat Rp0,01 / dtk.
Tarif yang disebutkan di atas semuanya adalah tarif iklan yang digemborkan masing-masing operator. Tentu saja banyak peraturan dari pelaksanaan tarif itu sendiri yang biasanya selalu ditulis kecil-kecil agar tak terbaca konsumen, hiks 3X. In my opinion, cuma telkomsel yang agak jelas dan tidak rumit soal peraturan tarifnya. Ini penting lho demi hidup-mati pulsa kita, jangan sampai kita dikibuli.
Operator boleh perang, asalkan konsumen semakin diuntungkan. Jangan sampai hanya cuma karena berebut massa pelanggan, kualitas dari suara telepon menjadi down. Bahkan bukan rahasia lagi sering terjadi noise atau crosstalk sewaktu kita nelpon. Saya pernah make Simpati nelpon interlokal jam 7 malam, suara diujung telpon seperti hidup segan mati tak mau, kadang seperti suara orang nangis. Sepertinya dari segi kualitas XL berada di atas, karena suaranya yang jernih mungkin juga karena pelanggannya masih sedikit.
Perang tarif murah flat per detik ini, tampaknya belum begitu kentara pada jaringan CDMA, mungkin karena pelanggannya masih sedikit dan hanya ada pada kota-kota besar. Kalo melihat tarif sekarang, tarif nelpon GSM malah lebih murah daripada CDMA.
Namun yang masing disayangkan belum turunnya harga tarif untuk akses data/GPRS dari operator seluler. Bagi saya ataupun kamu yang sering ngenet atau chatting lewat kartu ponsel tersambung ke PC atau langsung di ponsel tentu penurunan tarif GPRS akan sangat ditunggu-tunggu. Soal ini tarif termurah masih dipegang oleh IM3 dengan tarif Rp1 /Kb atau Rp100/menit nya.
Menurut kabarnya juga, tarif internet di Indonesia sekarang tergolong mahal dibandingkan negara lainnya. Dengar-dengar juga, pemerintah akan segera menurunkan tarif bandwidth. semoga cepat saja, biar cepat-cepat langganan internet dirumah.
Note: Writer has been using GSM cards such as Simpati, As, XL bebas, Mentari. Now, IM3 as daily number phone. Writer also usually nyambangi website detikinet.com
Share with Facebook Share